Berdaya

Jalan Panjang Mempopulerkan Songket

Songket merupakan kain tenun asli Suku Melayu. Songket adalah penguat identitas melayu. Dalam setiap upacara adat orang melayu akan memakai songket. 

Kain tenun ini diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. John Anderson seorang pegawai tinggi Inggris pernah berkunjung ke Sumatera Timur pada tahun 1823. Ia melihat orang Melayu telah memakai songket yang terbuat dari benang emas dan perak. 

Namun agar tidak hilang ditelan masa, songket mesti dipopulerkan. Sehingga seluruh generasi mulai dari muda hingga tua memakai songket. 

IR Songket Deli adalah salah satu galeri songket yang memadukan modern dan tradisional. Songket di galeri tersebut masih ditenun secara tradisional. Songket ditenun oleh perajin perempuan yang notabene adalah ibu rumah tangga. 

Sudah banyak yang menggunakan songket hasil produksi IR Songket Deli, termasuk Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi beserta istrinya Nawal Lubis. Begitu pula dengan Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah dan istrinya Sri Ayu Mihari yang kadang memesan busana songket dari IR Songket Deli.

IR Songket Deli telah banyak melakukan pameran di banyak negara. Mulai dari Amerika, Singapura, Thailand dan berkeliling Indonesia. Tahun 2020, IR Songket Deli memamerkan karyanya secara virtual fashion show di event ISEF. Hal itu semata dilakukan untuk mempopulerkan songket khas Deli.

Dikatakan Novi, Kepala Produksi IR Songket Deli, saat ini sudha banyak generasi muda yang mulai memilih songket sebagai pilihan busana yang dipakai pada acara penting lainnya.

Namun, meski begitu, peminat terbanyak masih berasal dari kalangan pejabat, kata Novi. “Peminat sekarang banyak dari kalangan pejabat, tapi sekarang memang sudah digalakkan gerakan menggunakan songket di Sumatera Utara,” kata Novi. 

Ia mengharapkan semua generasi dan strata menjadi peminat songket. “Harapan kami songket ini terkenal dan bisa dipakai oleh kalangan apa saja, nggak hanya kalangan atas, tapi semua kalangan,” ujar Novi.

Tidak hanya peminat, penenun pun diharapkan Novi tidak akan punah. Sebab saat ini penenun muda sangatlah sedikit jumlahnya. 

“Kita juga pingin penenun ini dilestarikan jangan sampai punah,” ujar Novi.

Sementara itu, Yuni penenun songket di IR Songket Deli bercerita sudah bisa menenun sejak umur 18 tahun. Yuni belajar dari ibunya yang juga seorang penenun songket. Baru di umur 20 tahun Ia mendapat pelatihan menenun secara formal. Aktivitas menenun Yuni juga sempat berhenti hingga akhirnya menggelutinya sebagai pekerjaan seperti saat ini. 

Menurut Yuni, menenun tidak terlalu sulit. Namun dikatakannya, menenun membutuhkan keterampilan yang mumpuni dan tidak bisa sembarangan. Saat pertama kali menenun, Yuni mampu menyelesaikan satu potong kain selama sebulan. Kini Yuni mampu menyelesaikan sepotong kain paling lama sepuluh hari.

“Orang bilang menenun rumit karena dia belum pernah mengerjakannya, nggak palah sulit kalau dijiwai,” kata Novi.

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button